DPMPTSP Provinsi Sulawesi Tengah

Gala Dinner Sakip Award 2024, DPMPTSP Sulteng Raih 10 Besar

Palu, DPMPTSP – DDinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulawesi Tengah kembali menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD), kali ini dalam rangka penyusunan peta potensi investasi daerah. Kegiatan ini berlangsung di ruang rapat Kantor DPMPTSP Provinsi Sulteng, Jalan Cik Ditiro No.29, Kota Palu, dan dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Bidang Perencanaan & Pengembangan Iklim Penanaman Modal, Afdhaliah, SE., MM. Rabu. (21/05/25).

Dalam sambutannya, Afdhaliah menegaskan pentingnya penyusunan peta potensi investasi sebagai langkah strategis untuk memperkuat arah pembangunan dan promosi investasi yang berbasis data.

“Peta potensi investasi menjadi dasar penting dalam menarik minat investor, karena menggambarkan dengan jelas sektor-sektor unggulan dan wilayah yang layak dikembangkan,” ujar Afdhaliah.

Salah satu narasumber kegiatan, Dr. Muzakir, SE., M.Si., selaku akademisi dan tenaga ahli penyusunan dokumen, memaparkan bahwa sektor pertanian dan perkebunan di Sulawesi Tengah memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Komoditas unggulan yang memiliki prospek tinggi antara lain kelapa sawit, kakao, kelapa dalam, dan durian.

Menurut Dr. Muzakir, hilirisasi industri kelapa sawit merupakan arah kebijakan strategis nasional 2025–2029, yang harus direspon oleh daerah. Pengembangan industri pengolahan dan investasi di sektor sawit dinilai krusial karena kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.

“Permintaan ekspor produk hilir sawit seperti minyak masak, minyak industri, hingga biodiesel tetap stabil hingga awal 2025. Sulawesi Tengah harus mampu memanfaatkan peluang ini dengan menyiapkan peta potensi yang terstruktur dan berbasis spasial,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa dengan pengembangan yang tepat, sektor perkebunan sawit di Sulawesi Tengah dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah, menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing investasi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah, Rony Hartawan, turut menyampaikan paparan dalam FGD tersebut. Ia menjelaskan peran strategis penanaman modal bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan regional.

“Dengan Asta Cita pertumbuhan ekonomi nasional ditargetkan 8%, Sulawesi Tengah diharapkan tumbuh hingga 12,9%,” ujar Rony.

Ia mengungkapkan bahwa pada triwulan I tahun 2025, sektor pertanian mencatat pertumbuhan PDRB sebesar 5,47%, dengan lonjakan produksi padi hingga 40,44% (q-to-q) – tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi sinyal kuat akan pentingnya sektor pertanian-perkebunan dalam struktur ekonomi daerah.

Namun, Rony juga menekankan bahwa hilirisasi tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan dukungan dari sektor konektivitas dan energi agar nilai tambah dari sektor primer dapat dimaksimalkan. Ia mengaitkan hal ini dengan visi pembangunan Gubernur Sulteng, Anwar Hafid, dan Wakil Gubernur Reny Lamadjido, yang dikenal dengan semangat “Berani Menyala dan Berani Lancar”.

“Untuk mendorong output wilayah (Y), Sulawesi Tengah membutuhkan peningkatan investasi (K) di sektor industri pengolahan dan infrastruktur penunjangnya,” tambahnya.

Meski hilirisasi komoditas pangan seperti beras, cabai, dan jagung memiliki margin yang lebih kecil dibanding kelapa atau kakao, Rony menegaskan bahwa peluang tetap terbuka, terutama untuk produk niche, fungsional, dan ekspor premium yang bernilai tambah tinggi.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) strategis di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, antara lain Bappeda, Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sulawesi Tengah.

Sumber : PPID dan Kehumasan DPMPTSP Prov. Sulteng